Beranda | Artikel
Kisah Nabi Yusuf Alaihis Salam
15 jam lalu

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yala Kurnaedi

Kisah Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 23 Al-Muharram 1446 H / 29 Juli 2024 M.

Kajian Tentang Kisah Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam

Sesungguhnya kisah Yusuf ‘Alaihis Salam merupakan kisah yang paling baik. Allah Ta’ala menyatakan dalam Al-Qur’an bahwa di dalamnya terdapat ibrah (pelajaran) dan tanda-tanda kekuasaan Allah. Allah berfirman di awal Surah Yusuf:

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ

“Kami menceritakan kepadamu wahai Muhammad, kisah yang paling baik.” (QS. Yusuf [12]: 3)

Kisah dalam Al-Qur’an adalah sebaik-baik kisah, benar-benar nyata dan bukan fiktif. Berbeda dengan kisah fiktif dalam sinetron yang mungkin berembel-embel Islami tetapi sebenarnya menyesatkan. Kisah Yusuf penuh dengan kesucian, tidak ada unsur cinta-cintaan yang tidak pantas. Sayangnya, banyak film yang diberi label Islami tetapi isinya justru mempromosikan pacaran, yang membuat orang terbiasa melihat hal yang sebenarnya dilarang dalam Islam. Padahal Allah memerintahkan untuk menundukkan pandangan dan menjaga kesucian.

Allah Ta’ala berfirman di akhir Surah Yusuf:

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَـٰكِن تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, serta menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Yusuf [12]: 111)

Kisah Yusuf dimulai ketika beliau bermimpi dan diakhiri dengan penjelasan dari mimpinya tersebut.

Mimpi Nabi Yusuf disebutkan oleh Allah dalam Surah Yusuf ayat 4:

إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ

“Ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, ‘Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.`” (QS. Yusuf [12]: 4)

Dalam Al-Qur’an, cara memanggil ayah dengan penuh hormat adalah “abati” yang berarti “wahai ayahku”. Boleh juga menggunakan “abi” yang berarti “ayahku”.

Di akhir kisah, Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Yusuf ayat 99-100:

فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَىٰ يُوسُفَ آوَىٰ إِلَيْهِ أَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ

“Ketika mereka masuk menemui Yusuf, Yusuf merangkul ibu dan bapaknya, dan berkata, ‘Masuklah kalian ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman.`” (QS. Yusuf [12]: 99)

وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا وَقَالَ يَا أَبَتِ هَٰذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِن قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا ۖ وَقَدْ أَحْسَنَ بِي إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ وَجَاءَ بِكُم مِّنَ الْبَدْوِ مِن بَعْدِ أَن نَّزَغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِي ۚ إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِّمَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

“Dan ia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. Mereka semua bersujud kepada Yusuf. Yusuf berkata, ‘Wahai ayahku, inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku ketika Dia membebaskanku dari penjara dan mendatangkan kalian dari padang pasir, setelah setan merusak hubungan antara aku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.`” (QS. Yusuf [12]: 100)

Ini adalah akhir kisah Nabi Yusuf yang penuh dengan pelajaran. Orang yang baik di akhir kehidupannya akan diangkat derajatnya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Surah Yusuf, yang berisi kisah tentang Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam, turun kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di Makkah. Surah ini turun setelah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kehilangan dua orang yang beliau cintai: pamannya Abu Thalib dan istrinya yang paling dicintai, Khadijah Radhiyallahu ‘Anha. Abu Thalib adalah pamannya yang selalu membelanya, sedangkan Khadijah adalah istrinya yang selalu mendampinginya, memberikan dukungan baik moral maupun materi.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merasa sangat sedih dengan kehilangan kedua orang ini. Abu Thalib selalu membela Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam menghadapi ancaman dan tantangan dari kaum Quraisy. Sementara itu, Khadijah adalah orang yang selalu menenangkannya, terutama ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menerima wahyu pertama di Gua Hira. Ketika itu, Khadijah dengan penuh kasih sayang menenangkan dan meyakinkan beliau.

Khadijah Radhiyallahu ‘Anha juga sangat membantu dakwah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan hartanya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan bahwa wanita dinikahi karena empat hal: kecantikannya, keturunannya, hartanya, dan agamanya. Namun, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menekankan pentingnya memilih wanita karena agamanya. Menurut Syaikh Ibnu Utsaimin, di antara kebaikan menikahi wanita kaya adalah seorang laki-laki dapat dibantu, sebagaimana Khadijah membantu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Ketika Khadijah meninggal, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat sedih. Kehilangan pamannya dan Khadijah adalah cobaan berat bagi beliau. Namun, Allah menghibur Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan kisah Nabi Yusuf. Kisah ini juga membawa kabar gembira bagi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan kaum mukminin bahwa Allah akan memberikan pertolongan, kemenangan, dan keteguhan di atas muka bumi.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Simak dan download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54331-kisah-nabi-yusuf-alaihis-salam/